Apa itu Arasy Allah ?






Banyak orang bertanya tanya apa itu Arasy? Arasy (Bahasa Arab عَرْش, ‘Arasy) adalah makhluk tertinggi, berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat.
Pengertian ‘Arsy ini yang diyakini oleh para manhaj Salaf, berdasarkan Al Qur'an dan hadits Nabi Muhammad, sesuai dengan ayat berikut : 

 
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Q.S Taha: 5) 

Penjelasan serupa banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, dalam beberapa surahTetapi banyak ulama yang berpendapat beda dalam mengartikan makna dari ‘Arsy ini, apakah ‘Arsy itu berwujud fisik atau nonfisik. 

Etimologi/Pengertian 
Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Quran, kata ‘Arsy itu disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu: 
  • Singgasana/Istana raja,
  • Atap rumah, tercantum dalam Hadist-Hadist
  • Tiang dari sesuatu
  • Kerajaan
  • Bagian dari punggung kaki
Inilah sebagian dari arti ‘Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.
Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arsy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al Qur'an: 

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S Yunus : 3 )

Arasy Bukan Bersifat Fisik

“Dalam keyakinan umat Islam, Arasy bukanlah suatu benda fisik atau ciptaan sebagai tempat dimana Tuhan bertahta. Kalian bisa menelusuri Al-Quran dari awal sampai akhir dan kalian tidak akan menemukan bahwa Arasy(singgasana) merupakan benda ciptaan yang memiliki keterbatasan. Allah swt telah berulangkali mengungkapkan dalam Al-Quran bahwa Dia adalah Pencipta segala hal yang mempunyai eksistensi. Dia-lah pencipta langit dan bumi serta jiwa dengan segala sifatnya. Dia tegak dengan Dzat-Nya sendiri dan segala hal menjadi eksis karena Dia. Setiap zarah yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan-Nya namun tidak pernah Dia mengatakan bahwa Arasy adalah sesuatu yang bersifat fisikal yang merupakan hasil ciptaan-Nya.”

”Setiap kali kata Arasy dikemukakan dalam Al-Quran, yang dimaksud adalah sifat Maha Besar, Maha Agung dan Maha Kuasa dari Allah swt. Karena itulah Arasy tidak termasuk sebagai barang ciptaan. Ada empat manifestasi dari Kebesaran dan Keagungan dari Allah Yang Maha Kuasa. Kitab Veda menyebutnya sebagai empat dewa-dewa, tetapi sejalan dengan istilah dalam Al-Quran, yang dimaksud adalah para malaikat.”


Arasy adalah Derajat Ketinggian Allah

“Dalam Kitab Suci Al-Quran yang dimaksud dengan Arasy (singgasana) adalah suatu derajat atau posisi yang jauh berada di atas dan yang tidak bisa dipadankan dengan apa pun serta jauh lebih sempurna daripada alam dan yang menjadi makam kesucian dan transendental. Singgasana itu tidak dibuat daripada batu atau bahan bangunan lainnya dimana Tuhan duduk bertahta. Karena itulah dikatakan bahwa Arasy bukanlah sesuatu yang diciptakan. Sebagaimana dikatakan bahwa Allah swt bersemayam di hati para mukminin, begitu jugalah yang dimaksud dengan firman bahwa Dia bersemayam di Arasy. Allah swt telah menegaskan bahwa Dia-lah yang telah menopang segalanya dan tidak pernah dikatakan bahwa ada sesuatu yang perlu untuk menopang Wujud-Nya. Arasy adalah suatu makam atau posisi yang mengatasi semua alam semesta dan mencerminkan sifat transendental-Nya. Kami telah menjelaskan beberapa kali bahwa dari sejak awal mula keabadian, Tuhan memiliki dua sifat yaitu sifat kemiripan dan sifat transendental. Guna menjelaskan kedua sifat itu dalam Kalam Ilahi maka mengenai sifat kemiripan, Dia dinyatakan seolah-olah memiliki tangan, mata, rasa kasih sayang dan perasaan amarah, sedangkan untuk menjernihkan pengertian kemiripan tersebut Dia berfirman: 

 

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(Q.S Asy-Syura : 11)
“Di tempat lain dinyatakan bahwa Dia bersemayam di Arasy seperti dikemukakan dalam ayat : 

Allah, Dia-lah yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang dapat kamu lihat. Kemudian Dia bersemayam di atas Arasy’ (QS.Ar-Rad:3). 


“Dari pengertian ayat ini secara harfiah, terbayang seolah-olah Allah swt tidak berada di Arasy sebelum adanya penciptaan alam. Yang perlu dipahami adalah bahwa Arasy itu bukan sesuatu benda yang bersifat material, melainkan suatu keadaan yang kenyataannya jauh berada di atas segalanya sebagai bagian dari sifat Allah swt. Tuhan menciptakan langit, bumi dan segala hal yang ada di antaranya serta mengaruniakan cahaya kepada matahari, bulan dan bintang-bintang sebagai refleksi dari Nur-Nya sendiri. Lalu Dia menciptakan manusia yang secara metaforika dikatakan dalam citra-Nya dan meniupkan ruh sifat-sifat-Nya ke dalam dirinya. Dengan cara demikian dikatakan bahwa Dia telah menciptakan sesuatu yang mirip dengan Diri-Nya. Adapun penjelasan mengenai sifat transendental dikemukakan dalam ungkapan bahwa Dia bersemayam di Arasy. Meskipun Dia-lah yang menjadi pencipta segalanya tetapi Dia bukanlah hasil ciptaan Diri-Nya sendiri, dan Dia terpisah dari segalanya serta berada di suatu makam yang berada jauh di atas segalanya.” 



Wujud ‘Arsy
Menurut manhaj salaf, ‘Arsy adalah makhluk terbesar di antara para makhluk Allah yang lainnya seperti Kursy,[11] memiliki beberapa tiang yang menjadikan ‘Arsy sebagai atap alam semesta.Wujud ini dicatat dalam beberapa hadits-hadits yang shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Allah untuk terbang ke mana saja yang dikehendaki dan malaikat tersebut merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.

Malaikat itu diberikan 70.000 sayap. Allah berfirman kepada malaikat tersebut, "Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat." Kemudian, Allah memerintahkan malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendakinya. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arsy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah itu.

‘Arsy yaitu singgasana atau tahta yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. ‘Arsy juga merupakan atap seluruh makhluk.Penjelasan mengenai ‘Arsy memiliki tiang-tiang, adalah kisah ketika Musa hendak melihat wujud Allah, dan pada hari kiamat akan nampak kembali tiang-tiang ‘Arsy.

Berdasarkan penjelasan hadits bahwa makhluk yang bernama ‘Arsy teramat besar dibandingkan dengan Kursy, seperti sebuah cincin yang dilemparkan ke Gurun Sahara yang sangat luas.

Dijelaskan pula oleh cendikiawan Muslim bahwa ‘Arsy dikelilingi oleh empat sungai, yaitu: sungai berisi cahaya; sungai berisi salju putih; sungai berisi air; dan sungai yang berisi api. Kemudian ada penjelasan lain bahwa sungai-sungai surga adalah berasal dari sungai yang ada di ‘Arsy.


Letak ‘Arsy

Menurut Hadist-Hadist dan Syariat Islam, ‘Arsy terletak di atas surga Firdaus yang berada di langit ke-7.Kemudian ada penjelasan lain bahwa ‘Arsy terletak di atas air.Jadi ‘Arsy Allah yang berada di atas air, sedangkan Kursy(Kursi Allah) berada di atas langit ke tujuh, dan di atas Kursy itu ada air, dan di atas air ada ‘Arsy. Maka jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan Kursy, Kursy dengan air, dan air dengan ‘Arsy-Nya adalah 500 tahun perjalanan.Pendapat lain berkata bahwa letak ‘Arsy sangat dekat dengan Sidratul Muntaha, sebuah pohon bidara yang terletak di bawah ‘Arsy,pendapat lain mengatakan ‘Arsy terletak dikanan pohon bidara tersebut.Posisi ‘Arsy dekat dengan Baitul Makmur (Ka'bah penduduk langit) yang sejajar dengan Ka'bah di atas bumi.


Hamalat al-‘Arsy(Malaikat Pemikul Arasy Allah)
Yaitu Para malaikat pemikul ‘Arsy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (Arab: حملة العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail dan Hamalat al-‘Arsy. Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat ini, dalam surah Al Haqqah 69 ayat 17: 


...dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al Haqqah, 69:17)

Dan para malaikat pemikul Arasy ini memiliki 4 sifat  keempat sifat-Nya yang disebut : 
Sifat yang pertama adalah Rabbubiyat yaitu yang menyempurnakan fitrat manusia secara jasmani dan rohani. Manifestasi daripada jasmani dan rohani merupakan akibat dari berfungsinya sifat RabbubiyatBegitu pula wahyu samawi dan penampakan tanda-tanda yang luar biasa merupakan hasil dari penampakan sifat Rabbubiyat.
“Sifat yang kedua yang dimanifestasikan adalah Rahmaniyat-Nya, melalui mana Dia telah menyediakan karunia tak terbilang bagi manusia tanpa di mohon sebelumnya. Sifat ini pun mengungkapkan Wujud-Nya yang tersembunyi.”
“Sifat ketiga adalah Rahimiyat. Pada awalnya melalui sifat Rahmaniyat, Dia akan mengaruniakan kemampuan melakukan  amal  saleh  kepada  mereka  yang  bertakwa, lalu melalui sifat Rahimiyat-Nya Dia membantu mereka melakukan amal saleh tersebut dan memelihara mereka dari segala bencana. Sifat ini juga telah mengungkapkan Wujud- Nya yang tersembunyi.”
“Sifat keempat adalah Maliki Yaumiddin. Sifat ini juga telah mengungkapkan Wujud-Nya yang tersembunyi melalui tindakan pengganjaran mereka yang saleh dan penghukuman mereka yang berdosa.”
“Keempat sifat inilah yang mengusung Arasy Allah swt. Dengan kata lain dikemukakan bahwa pengenalan Wujud- Nya yang tersembunyi adalah melalui pengamatan keempat sifat tersebut. Pengamatan itu akan digandakan di akhirat sehingga dikatakan bahwa ada delapan malaikat yang akan mengusung Arasy-Nya nanti.” 

Wujud Hamalat al-‘Arsy

Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgasana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.
Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.
Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para malaikat dan malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat kiamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari ‘Arsy, dikatakan bahwa bahwa ‘Arsy adalah permata berwarna hijau dan ‘Arsy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan, dan setiap harinya ‘Arsy dihiasi dengan 1000 warna daripada cahaya, tidak ada satu makhluk pun dari makhluk Allah Ta'ala yang sanggup memandangnya. Segala sesuatu seluruhnya di dalam ‘Arsy seperti lingkaran di tanah lapang. Dikatakan sesungguhnya ‘Arsy merupakan kiblat para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi..."


Perbedaan pendapat
Di dalam perbincangan masalah ini para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah ‘Arsy ini. Mereka memperdebatkan apakah ‘Arsy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik). Sedangkan para salaf mengimani sesuai dengan apa yang tertulis dalam Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad, tanpa bertanya lebih lanjut.
Tafsir ‘Arsy

Dalam penafsiran ‘Arsy oleh para ulama ini, maka bisa digolongkan menjadi tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
Mu'tazilah
Berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam Al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak berupa materi, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.
Mujassimah
Berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang yang bersifat fisik atau materi. Mereka memiliki paham antropomorfisme.
Asy'ariyah
Berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya.
Tafsir bersemayam

Para ulama salaf memahami bahwa bersemayam-Nya Allah tidaklah sama dengan bersemayam makhluk-Nya. Hal ini dikarenakan Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya.

Bersemayam merupakan sifat fi'liyah (sifat perbuatan) bagi Allah. Ahlussunnah wal Jama'ah menetapkannya sesuai dengan makna yang layak bagi-Nya, tanpa diubah (tahrif) maknanya, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli ta'wil yang merubah maknanya menjadi 'menguasai' (istii'la) Tidak juga diserupakan dengan bersemayamnya makhluk, karena sesungguhnya Allah tidak ada satupun yang menyerupai dzat-Nya dan tidak ada satupun yang menyerupai sifatnya.

Ucapan Imam Malik bin Anas dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi Ahlussunnah wal Jama'ah dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab,
“ Istiwa telah diketahui, caranya majhul (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, bertanya tentangnya adalah bid'ah. ”


Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Bertanya tentangnya, maksudnya tentang caranya, merupakan bid'ah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata,
“ Perkara istiwa di atas Arasy telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran dan Sunah serta kesepakatan pendahulu (salaf) umat ini serta para tokoh ulamanya. Bahkan dia telah ditetapkan dalam seluruh kitab yang diturunkan dan oleh seluruh nabi yang diutus. ”


Imam Ibnu Khuzaimah berkata,

“ Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihama, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai wajah Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.

Sumber Referensi : 

dakwahsalaf.info

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian ADSL Spiliter dan Fungsi ADSL Spiliter

Modernisasi

Download Microsoft Office 2007 Free